Tujuan Analisis Laporan Keuangan Perusahaan
Tujuan utama
analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:
- Sebagai alat barometer untuk melakukan forecasting atau memproyeksikan posisi keuangan dimasa yang akan datang.
- Mereview kondisi perusahaan saat ini, permasalahan dalam manajemen, operasional maupun, keuangan.
- Alat ukur untuk melakukan efisiensi di semua departemen perusahaan.
Dalam
menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak
ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:
1. Metode Analisa Pertumbuhan
Tehnik
analisa yang disusun dengan membandingkan kenaikan atau penurunan posisi
laporan keuangan pada suatu periode tertentu dengan periode lainnya dari
masing-masing pos yang terdapat di dalam laporan keuangan tersebut dengan
menggunakan nilai persentase.
Data yang
disajikan bisa dengan membandingkan kenaikan atau penurunan masing-masing pos
laporan keuangan bulan lalu dengan bulan sekarang, atau periode Year to Date
periode yang sama tahun lalu dengan sekarang.
2. Metode Trend dan Indeks
Teknik
analisa hampir sama dengan Metode Analisa Pertumbuhan namun angka pembanding
adalah laporan keuangan periode tertentu yang dijadikan indeks dan dipilih
sebagai tahun dasar. Teknik tren ini sangat berguna untuk memproyeksikan
laporan keuangan di masa yang akan datang dengan menggunakan data historis.
3. Metode Analisis Rasio
Teknik
analisis dengan membandingkan masing-masing pos laporan keuangan yang relevan
atau data yang signifikan.
Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan
Analisa
rasio keuangan yang biasa digunakan adalah:
1. Rasio Likuiditas
Rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan finansialnya dalam
jangka pendek.
Ada beberapa
jenis rasio likuiditas antara lain :
a. Current
Ratio : rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka
pendek dengan mengunakan aktiva lancar.
Rumus
menghitung Current Ratio:
Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar X 100%
b. Cash
Ratio : rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka
pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat berharga atau efek
jangka pendek.
Rumus
menghitung Cash Ratio:
Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang Lancar X 100%
c. Quick
Ratio atau Acid Test Ratio : rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan
aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid Assets).
Rumus
menghitung Quick Ratio:
Quick Ratio = Kas + Efek + Piutang / Hutang Lancar X 100%
Catatan : Nilai ideal dari ketiga
analisa rasio likuiditas ini ini adalah minimum sebesar 150%, semakin besar
adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.
2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas
Rasio untuk
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri.
Ada beberapa
jenis rasio profitabilitas antara lain :
a. Gross
Profit Margin : rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba kotor dari penjualan.
Rumus
menghitung Gross Profit Margin:
Gross Profit Margin = Penjualan Netto - HPP / Penjualan Netto X 100%
b. Operating
Income Ratio : rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan
pajak dari penjualan.
Rumus
menghitung Operating Income Ratio:
Operating Income Ratio = Penjualan Netto - HPP – Biaya Administrasi &
Umum (EBIT) / Penjualan Netto X 100%
c. Net
Profit Margin : rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih dari penjualan.
Rumus
menghitung Net Profit Margin:
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto X
100%
d. Earning
Power of Total Investment : rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang
dimiliki yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
bagi investor dan pemegang saham.
Rumus
menghitung Earning Power of Total Investment:
Earning Power of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva X 100%
e. Rate of
Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio : rasio untuk mengukur kemampuan
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
pendapatan bersih.
Rumus
menghitung Rate of Return Investment (ROI):
Rate of Return Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%
f. Return on
Equity (ROE) : rasio untuk
mengukur kemampuan equity untuk menghasilkan pendapatan bersih.
Rumus
menghitung Return on Equity (ROE):
Return on Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%
g. Rate of
Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners : rasio untuk mengukur kemampuan
modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi pemegang saham.
Rumus
menghitung Rate of Return on Net Worth:
Rate of Return on Net Worth = EAT / Jumlah Modal Sendiri X 100%
Catatan : Semakin tinggi nilai
persentase Rasio Profitabilitas ini adalah adalah semakin baik, sebaiknya Anda
bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar.
3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio
Rasio untuk
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban finansial
jangka panjang.
. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio
Rasio untuk
mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya.
Ada beberapa
jenis rasio Solvabilitas antara lain :
a. Total
Assets Turn Over : rasio untuk
mengukur tingkat perputaran total aktiva terhadap penjualan.
Rumus
menghitung Total Assets Turn Over Ratio:
Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Total Aktiva X 100%
b. Working
Capital Turn Over : rasio untuk
mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar)
terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas dari perusahaan.
Rumus
menghitung Working Capital Turn Over Ratio:
Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan / Modal Kerja Bersih X
100%
c. Fixed
Assets Turn Over : rasio untuk
mengukur perbandingan antara aktiva tetap yang dimiliki terhadap penjualan.
Rasio ini
berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan
pendapatan.
Rumus
menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio:
Fixed Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Aktiva Tetap X 100%
d. Inventory
Turn Over : rasio untuk
mengukur tingkat efisiensi pengelolaan perputaran persediaan yang dimiliki
terhadap penjualan.
Semakin
tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan persediaan yang
efisien.
Rumus
menghitung Inventory Turn Over Ratio:
Inventory Turn Over Ratio = Penjualan / Persediaan X 100%
e. Average
Collection Period Ratio : rasio untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh
perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari konsumen.
Rumus
menghitung Average Collection Period Ratio:
Average Collection Period Ratio = Piutang X 365 / Penjualan X
100%
f.
Receivable Turn Over : rasio untuk
mengukur tingkat perputaran piutang dengan membagi nilai penjualan kredit
terhadap piutang rata-rata.
Semakin tinggi
rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam
piutang rendah.
Rumus
menghitung Receivable Turn Over Ratio:
Receivable Turn Over Ratio = Penjualan / Piutang Rata-Rata X 100%
Sumber Refrensi : http://www.kembar.pro/2015/04/analisis-laporan-dan-rasio-keuangan.html