Minggu, 18 Juni 2017

Tugas ke 4 ( Biaya Modal )



Pengertian Biaya Modal (Cost O Capital)

Modal yang dibutuhkan untuk membiayai operasi perusahaan terdiri atas modal asing dan modal sendiri. Modal asing merupakan modal yang berasal dari pinjaman para kreditur, supplier, dan perbankan. Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pihak perusahaan baik dari pemilik perusahaan maupun laba yang tidak dibagi
Biaya modal (cost of capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Biaya Modal dan Fungsi Biaya Modal
Faktor Biaya Modal
Kondisi perekonomian
Ketika permintaan akan uang dalam ekonomi berubah secara relatif terhadap penawaran.
Kondisi pasar
Ketika resiko meningkat maka investor akan mensyaratkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi.
Keputusan operasi dan keuangan
Ketika resiko usaha dan resiko keuangan meningkat, tingkat pengembalian yang disyaratkan investor akan meningkat pula.
Jumlah pembiayaan
Permintaan untuk jumlah modal yang besar dan meningkatkan pula biaya modal perusahaan.
Fungsi biaya modal
Perhitungan biaya modal sangat erat kaitannya dengan pajak yang dikenakan kepada perusahaan. Konsep perhitungan biaya modal dapat didasarkan kepada perhitungan sebelum pajak (before tax basis) atau perhitungan setelah pajak (after tax basis).
Biaya modal biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat keuntungan (rate of return) dari usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya.

Biaya Hutang (Cost Of Debt)
Biaya modal utang merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan pemberi pinjaman atas investasi perusahaan yang dibelanjai dengan utang. Biaya modal utang harus ditanggung perusahaan karena perusahaan menggunakan utang untuk mendanai investasinya. Perhitungan biaya utang lebih mudah dibandingkan dengan biaya modal saham biasa, karena biaya modalnya bersifat eksplisit. Biaya modal utang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P0 = Harga pasar atau harga jual surat utang yang diterbitkan perusahaan
n = jangka waktu jatuh tempo utang
It = besarnya bunga yang dibayarkan pada periode t
P = nilai pelunasan pokok utang pada periode
kd = biaya modal utang sebelum pajak

Contoh:
Suatu perusahaan ingin membelanjai investasinya sebesar Rp. 1.000.000,- dengan mengeluarkan obligasi sebanyak 1000 lembar dengan nilai nominal Rp. 1000 per lembar. Obligasi dijual dengan harga sama dengan nilai nominal. Tingkat bunga obligasi sebesar 8% per tahun dan bunga dibayarkan setiap tahun. Obligasi jatuh tempo dalam waktu 10 tahun.
Berdasarkan contoh tersebut, perusahaan harus membayar bunga setiap tahun sebesar Rp. 80.000,- dan pada akhir tahun ke-10 perusahaan melunasi pokok pinjaman sebesar sebesar Rp. 1.000.000,- dengan demikian besarnya biaya modal obligasi (kd) dapat dihitung sebagai berikut:
Rp.1.000.000=(Rp.80.000)/(1+kd)^( 1) +(Rp.80.000)/(1+kd)^( 2) + +(Rp.1.080.000)/(1+kd)^( 10)

Karena obligasi yang dijual dengan harga sama dengan nilai nominal, maka biaya modal obligasi (kd) adalah sama YTM (yield to maturity) dari obligasi tersebut, yaitu : kd = 8%. Dengan kata lain, jika perusahaan tidak mampu menghasilkan internal rate of return sebesar 8% dari investasi yang dilakukan, maka perusahaan tidak akan sanggup untuk membayar bunga dan nilai pokok dari obligasi tersebut.
Karena kd adalah biaya modal utang obligasi sebelum pajak, maka biaya modal utang obligasi setelah pajak dapat dihitung sebagai berikut :

Keterangan :
Kd* = biaya utang setelah pajak
Kd = biaya utang sebelum pajak
t = tarif pajak pendapatan perusahaan
Untuk contoh diatas, kd* adalah :
Biaya Saham Preferen (Cost Of Preferred Stock)

Biaya modal saham preferen merupakan biaya riil yang harus dibayar apabila perusahaan menggunakan dana dengan menjual saham preferen. Biaya modal saham preferen diperhitungkan sebesar keuntungan yang disyaratkan oleh investor pemegang saham preferen.
Saham preferen mempunyai karakteristik gabungan antara utang dengan saham, karena merupakan bentuk kepemilikan (saham), tetapi deviden yang dibayarkan mirip dengan bunga karena bersifat tetap. Perhitungan biaya modal preferen mudah dilakukan, sama seperti perhitungan biaya utang. Parameter diestimasi relatif jelas. Biaya saham preferen (kps) adalah :
Dimana:
kps = biaya saham preferen
Dps = deviden saham preferen
P = harga saham preferen

Misal perusahaan menjual saham preferen, kas masuk yang diterima adalah Rp. 1000 per lembar. Deviden saham preferen adalah Rp. 250 per lembar. Biaya modal saham preferen dihitung :
Karena deviden ( termasuk untuk saham preferen ) tidak mengurangi pajak, maka net pajak tidak dihitung untuk biaya modal saham preferen. Angka 25% yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya utang (20% dan 12,6% untuk net pajak) mencerminkan hal tersebut, disamping risiko saham preferen yang lebih tinggi dibandingkan dengan resiko utang ( dari sisi investor).
Biaya Laba Ditahan / Ekuitas Eksternal (Cost Of Retained Earning)
Laba ditahan sering disebut sebagai sesuatu yang gratis, karena laba ditahan adalah uang yang tersisa setelah dividen dibayar. Tapi, modal ini tetap memiliki biaya. Alasannya biaya saldo laba ditahan berhubungan dengan prinsip biaya kesempatan (opportunity cost principle). Laba setelah pajak adalah milik para pemegang saham. Pemegang saham obligasi menerima kompensasi berupa pembayaran bunga dan pemegang saham preferen berupa dividen preferen. Seluruh laba yang tersisa setelah bunga dan dividen saham preferen adalah milik pemegang saham biasa. Manajemen dapat membayarkan laba dalam bentuk dividen atua menahan laba untuk diinvestasikan kembali ke dalam usaha. Jika manajemen memutuskan untuk menahan laba, maka ada biaya kesempatan yang terlibat.
Ada beberapa pendekatan untuk menghitung biaya laba ditahan, yaitu sebagai berikut:
Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Model CAPM (model penetapan harga aktiva modal) merupakan suatu model yang digunakan untuk mengestimasi return suatu sekuritas dan memformulasikan return suatu saham adalah sama dengan tingkat bunga bebas resiko ditambah premi resiko. Formulasinya:

Keterangan:
k_(s ) : biaya ekuitas (saham biasa baru)
k_RF : tingkaat hasi bebas risiko
k_M : tingkat hasil pasar
b_i : beta
Contoh: Sebuah saham memiliki nilai k_RF = 8%, k_M = 13% dan b_i = 0,7. Hitung k_(s )?
Jawab:
k_(s ) = k_RF +( k_M – k_RF)b_i
k_(s ) = 8% + (13% – 8%)(0,7)
= 8% + (5%)(0,7)
= 8%+ 3,5%
= 11,5%

Pendekatan imbal hasil divden ditambah tingkat pertumbuhan atau arus kas diskonto (discounted cash flow/DCF)
Bagi perusahaan-perusahaan yang diharapkan akan terus beroperasi tanpa batas waktu, arus kas adalah dividen. Sementara jika investor memperkirakan perusahaan akan diakuisisi oleh perusahaan lain atau dilikuidasi, maka arus kas adalah dividen selama beberapa waktu ditambah harga akhir ketika perusahaan diakuisisi atau dilikuidasi. Untuk penyederhaannya berlaku persamaan:
Keterangan:
P_0 : harga saham saat ini
D_t : dividen yang diharapkan akan dibayarkan pada akhir
tahun ke-t
k_s : biaya laba ditahan/ saham biasa/ ekuitas internal
g : pertumbuhan dividen

Jika dividen yang diharapkan tumbuh dengan tingkat yang konstan, maka formulasinya:
Jika mencari nilai k_s untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang diminta atas ekuitas biasa, bagi investor marginal akan sama dengan tingkat pengembalian yang diharapkan:
Contoh: Harga saham Allied dijual dengan harga sebesar $23, dividen berikutnya diharapkan adalah $1,24 dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan adalah 8%. Berapa besar laba ditahan ?
Jawab:
k_s = ( D(1+g))/P+g=(D)/P+g
k_s = $1,24/$23 + 8%
= 5,4% + 8,0%
= 13,4%

Angka 13,4% adalah tingkat pengembalian minimum yang diharapkan akan diterima oleh manajemen atas laba ditahan untuk memberikan penanaman kembali laba ke dalam usaha dan bukan membayarkannya kepada pemegang saham sebagai dividen.
Pendekatan imbal hasil obligasi ditambah premi resiko
Biasanya perusahaan memperkirakan premi resiko sebesar 3 hingga 5 persen pada tingkat suku bunga utang jangka panjang perusahaan tersebut.
Contoh, jika perusahaan Allied memberikan imbal hasil oblogasi 10% dan biaya premi risiko sebesar 4%, maka biaya ekuitasnya dapat diestimasikan dengan cara sebagai berikut:
Jawab:
k_s = 10% + 4% = 14%

Biaya Penerbitan Saham Baru (Cost Of Issued Common Stock)
Perusahaan biasanya menggunakan bankir investasi (biaya emisi) ketika menerbitkan saham biasa, preferen atau obligasi. Sebagai imblan atas pembayaran tersebut, bankir investasi akan membantu perusahaan menyusun persyaratan-peersyaratan dan menentukan harga emisi dan kemudian menjualnya kepada para investor. Formulasi biasya saham baru:
Keterangan:
k_e : biaya saham biasa baru/ ekuitas eksternal
D_1 : dividen yang diharapkan akan dibayarkan pada akhir tahun
Dg : pertumbuhan dividen
P : harga saham biasa per lembar
f : biaya penerbitan/ emisi (%)
Contoh: Harga saham Allied dijual dengan harga sebesar $23, dividen berikutnya diharapkan adalah $1,24, tingkat pertumbuhan yang diharapkan adalah 8% dan biaya emisi 10%. Berapa biaya saham biasa baru ?

Jawab:
k_ncs= ( D (1+g))/(P (1-f))+g=(D)/(P (1-f))+g
k_ncs = $1,24/($23(1-0,10)) + 8%
= $1,24/$20,70 + 8,0%
= 6,0% + 8,0%
= 14,0%

Pengertian Weighted Average Cost Of Capital (WACC)
Tingkat biaya menggunakan modal yang harus diperhitungkan oleh perusahaan adalah tingkat biaya penggunaan modal perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena biaya dari masing-masing sumber dana itu berbeda-beda maka untuk menetapkan biaya modal dari perusahaan secara keseluruhan perlu menghitung “weighted average” dari berbagai sumber dana tersebut.
Rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital) adalah laba dari investasi baru dengan risiko rata-rata yang perusahaan harus harapkan untuk mempertahankan harga saham. Biaya modal pada dasarnya merupakan biaya modal rata-rata tertimbang dari biaya modal individual.
Untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
WACC : biaya modal rata-rata tertimbang
k_d : biaya utang
w_d : proporsi utang terhadap total dana jangka panjang
k_ps : biaya saham preferen
w_ps : proporsi saham preferen terhadap total dana jangka panjang
k_cs : biaya saham biasa
w_cs : proporsi saham biasa terhadap total dan jangka pendek

Pengertian Marginal Cost Of Capital (MCC)
Tambahan biaya modal rata-rata tertimbang akibat bertambahnya satu rupiah dana jangka panjang (baik yang berasal dari utang, saham preferen, dan saham biasa) disebut sebagai biaya modal marginal (marginal cost of capital/MCC).
Contoh:
Perusahaan manufaktur mempunyai struktur modal sebagaimana berikut (dalam juta rupiah):
Sumber Dana Jumlah Proporsi Biaya
Obligasi Rp. 180,00 30% 7,20%
Saham Preferen Rp. 60,00 10% 10,00%
Saham Biasa Rp. 360,00 60% 14,19%
Rp. 600,00 100%
WACC 11,67%

Informasi Tambahan:
Dividen dibayarkan pada akhir tahun sebesar Rp. 700,00 per lembar. Harga pasar per lembar Rp. 8.000,00. Tingkat pertumbuhan dividen 5% per tahun. Biaya utang (obligasi) sebesar 7,2% sudah dipotong pajak.
Untuk membiayai investasi barunya, perusahaan membutuhkan laba ditahan (saham biasa) sebesar Rp. 120 juta. Andaikata perusahaan ingin tetap mempertahankan proporsi struktur modalnya, maka total modal yang dibutuhkan haruslah sebesar RP. 200 juta (Rp. 120 juta/0,6).
Utang = 30% x Rp. 200 juta = Rp. 60 juta
Saham Preferen = 10% x Rp. 200 juta = Rp. 20 juta
Saham Biasa = 60% x Rp. 200 juta = Rp. 120 juta

Apabila modalnya tidak Rp. 200 juta, jumlah laba ditahan (saham biasa) tidak akan sebesar Rp. 120 juta (jumlah yang dibutuhkan perusahaan). Sekarang perusahaan membutuhkan total modal lebih dari Rp. 200 juta (misalnya, Rp. 250 juta). Hal itu berarti bahwa perusahaan harus mempunyai laba ditahan sebesar Rp. 150 juta (0,6 X Rp. 250 juta). Jumlah laba ditahan yang dimiliki perusahaan hanya berjumlah Rp. 120 juta. Untuk menutup kekurangannya sebesar Rp. 30 juta, perusahaan harus menerbitkan saham biasa baru. Untuk menerbitkan saham biasa baru, perusahaan mengeluarkan biaya emisi sebesar 3%. Hal itu akan berdampak pada meningkatnya biaya saham biasa dan WACC.
K_ncs=(700 (1+5%))/(8.000 (1-3%))+5%=14,47%
WACC = (7,2% x 30%) + (10% x 10%) + (14,47% x 60%) = 11,84%

Gambar Biaya Modal Marginal dan Titik Patah
Jadi, jika kebutuhan modal melebihi Rp. 200 juta, WACC perusahaan akan naik dari 11,67% menjadi 11,84%. Dengan kata lain, untuk setiap penambahan Rp. 1,00, WACC akan meningkat menjadi 11,84%. Inilah yang disebut dengan biaya modal marginal. Adapun titik patahan, ditunjukkan oleh angka Rp. 200 juta, batas tambahan modal yang menaikkan WACC dari 11,67% menjadi 11,84%.

Sumber : http://kamusbisnis.com/arti/rata-rata-tertimbang-biaya-modal/
               https://kelastambahan.wordpress.com/tag/faktor-yang-mempengaruhi-biaya-modal/

Tulisan ke 4 { Keputusan Investasi dan Struktur Modal }

Keputusan investasi modal (capital investmen decisions) berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan, dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang. Karena keputusan investasi modal menmpatkan sebagian sumber daya perusahaan pada resiko, sehingga keputusan investasi modal adalah keputusan yang amat penting yang diambil oleh para manajer.
Proses pengambilan keputusan investasi modal sering kali desebut sebagai penganggaran modal (capital budgeting). Jenis dari pengaggaran modal itu sendiri ada dua, yaitu;
a.      Proyek Independen (Independent project) Adalah proyek investasi modal yang tidak berkaitan satu dengan yang lainnya. Jadi apabila ada proyek yang diterima atau ditolak tidak akan berpengaruh terhadap protek yang lainnya.
b.      Proyek Saling Eksklusif (Mutualy exclusive project). Proyek ini mengharuskan perusahaan untuk memilih salah satu alternatif yang saling bersaing untuk menyediakan jasa dasar yang sama. Penerimaan salah satu protek akan menghalangi proyek lainnya.

Keputusan investasi modal sering kali berkaitan dengan masalah investasi dalam aktiva modal jangka panjang. Pada umumnya investasi modal yang baik akan menghasilkan kembali modal awal sepanjang umurnya dan pada saat yang sama menghasilkan pengembalian yang cukup atas investasi awal. Jadi salah satu tugas manajer adalah memutuskan apakah suatu investasi modal akan menghasilkan kembali sumber daya awalnya atau tidak, dan memberikan pengembalian yang wajar. Dengan membuat penilaian ini, seorang manajer dapat memutuskan diterima tidaknya proyek-proyek independen dan membandingakan proyek-proyek yang saling bersaing berdasarkan keunggulan ekonomisnya.
Untuk membuat keputusan investasi modal, seorang manajer harus mengestimasi jumlah dan waktu arus kas, menilai resiko investasi, dan mempertimbangkan dampak proyek terhadap laba perusahaan. Para manajer juga harus menetapkan tujuan dan prioritas dari investasi modal serta harus mengidentifikasi beberapa kriteria dasar atas penerimaan dan penolakan investasi yang diusulkan. Ada beberapa metoda yang digunakan oleh manajer untuk menunjukan mana proyek yang harus diterima dan mana yang harus ditolak, diantaranya adalah metoda non-diskonto dan metoda diskonto.

A.     Model Non-Diskonto
Model non diskonto adalah model yang mengabaikan nilai waktu dari uang.
1.      Perioda Pengembalian
Perioda pengembalian (payback periods) adalah waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memperoleh kembali investasi awalnya.
Apabila arus kas dari suatu proyek diasumsikan tetap jumlahnya, maka rumus berikut dapat digunakan:
Perioda pengembalian = Investasi semula / Arus Kas Tahunan

Akan tetapi, jika arus kas tidak tetap jumlahnya maka perioda pengembalian dihitung dengan menambahkan arus kas tahunan sampai waktu ketika investasi awal diperoleh kembali.
Salah satu cara untuk menggunakan perioda pengembalian adalah dengan menetapkan suatu perioda pengembalian maksimum pada seluruh proyek dan menolak setiap proyek yang melewati tingkat ini. Dan perioda pengembalian ini dapat digunakan sebagai ukuran dari resiko, dengan pengertian bahwa semakin lama suatu proyek menghasilkan uang semakin beresiko proyek tersebut.
Perioda pengembalian dapat digunakan untuk memilih alternatif-alternatif yang saling bersaing. Menurut pendekatan ini, investasi dengan perioda pengembalian terpendek lebih disukai dari pada investasi dengan periode pengembalian yang lebih panjang. Berikut adalah beberapa hal yang dapat diambil oleh para manajer dengan menggunakan metoda non diskonto perioda pengembalian:
a.      Membantu mengendalikan resiko yang berhubungan dengan ketidakpastian arus kas masa depan.
b.      Membantu meminimalkan dampak investasi terhadap masalah likuiditas perusahaan.
c.       Membantu mengendalikan resiko keuangan.
d.      Membantu mengandalikan pengaruh investasi terhadap ukuran kinerja.
Namun, penggunaan perioda pengembalian kurang dapat dipertahankan karena ukuran ini memiliki dua kelemahan utama, yaitu;
a.      Mengabaikan kinerja investasi yang melewati perioda pengembalian
b.      Mengabaikan nilai waktu uang.


   1.      Tingkat Pengembalian Akuntansi
Tingkat pengembalian akuntansi merupakan model non diskonto kedua yang umum  digunakan. Tingkat pengembalian akuntansi mengukur pengembalian atas suatu proyek dalam kerangka laba, bukan dari arus kas proyek.

Rumus perhitungan tingkat pengembalian akuntansi adalah sebagai berikut :
Tingkat pengembalian akuntansi : Laba rata-rata/Investasi awal atau rata-rata
Investasi rata-rata : (Investasi awal + Nilai Sisa)/2

   A.     Model Diskonto
Model ini secara eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang dan memasukan konsep diskonto arus kas masuk dan arus kas keluar.
- Nilai Bersih Sekarang (Nev Present Value/NPV) Adalah selisih antara nilai sekarang dari
   arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan suatu proyek .
   NPV       = [(ΣCFt/(1+i)t] – I
    = [ΣCFtdft] – I
    = P – I

Dimana,
I      : Nilai Sekarang dari biaya proyek
CFt : Arus kas masuk yang diterima dalam perioda t , dengan t= 1
n     : Umur manfaat proyek
i      : tingkat pengembalian yang diperlukan (required rate of return), yaitu adalah tingkat 
         pengembalian minimum yang dapat diterima, hal itu juga disebut sebagai tingkat 
         diskonto, tingkat rintangan, atau tingkat batas, dan biaya modal.
t      : Perioda waktu
P     : Nilai sekarang dari arus kas masuk proyek di masa depan.

Nilai NPV positif menandakan bahwa :
1. Investasi awal telah tertutupi
2. Tingkat pengembalian yang diperlukan telah dipenuhi
3. Pengembalian yang melebihi (1) dan (2) telah diterima.

Jadi jika NPV lebih besar dari pada nol maka investasi itu menguntungkan dan dapat 
diterima. Begitu sebaliknya apabila kurang dari nol.

STRUKTUR MODAL DAN LEVERAGE

Pengertian Biaya Modal
Biaya Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanani suatu investasi atau operasi perusahaan.
Variabel-variabel penting yang mempengaruhi biaya modal antara lain: 
      1.      Keadaan-keadaan umum perekonomian. Faktor ini menentukan tingkat bebasrisiko atau
             tingkat hasil tanpa risiko.
     2.      Daya jual saham suatu perusahaan. Jika daya jual saham meningkat, tingkat hasil 
            minimum para investor akan turun dan biaya modal perusahaaan akan rendah.
     3.      Keputusan-keputusan operasi dan pembiayaan yang dibuat manajemen. Jika manajemen 
           menyetujui penanaman modal berisiko tinggi atau memanfaatkan utang dan saham khusus 
           secara ekstensif, tingkat risiko perusahaan bertambah. Para investor selanjutnya meminta 
           tingkat hasil minimum yang lebih tinggi sehingga biaya modal perusahaan meningkat pula.
     4.     Besarnya pembiayaan yang diperlukan. Permintaan modal dalam jumlah besar akan 
           meningkatkan biaya modal perusahaan.

A.1. ANALISIS STRUKTUR MODAL
Struktur modal optimal sebuah perusahaan adalah kombinasi utang dan ekuitas yang akan memaksimalkan harga saham. Disetiap waktu, manajemen akan memiliki satu struktur modal sasaran yang spesifik dalam pikirannya yang diasumsikan sebagai sasaran yang optimal, meskipun hal ini dapat berubah dari waktu-ke waktu.
            Beberapa faktor dapat mempengaruhi struktur modal sebuah perusahaan. Faktor tersebut adalah 
1) Risiko bisnis atau seberapa berisiko saham perusahaan jika perusahaan tidak menggunakan utang 
    dan 
2) Risiko keuangan yang merupakan tambahan risiko yang dikenakan pada pemegang saham biasa
    sebagai akibat dari keputusan perusahaan untuk mempergunakan utang 
3) Posisi perpajakan 
4) Kebutuhan akan fleksibelitas keuangan dan 
5) Konservatisme atau agresivitas manajemen perusahaan

1. Risiko Bisnis
            Adalah suatu fungsi dari ketidakpastian yang inheren di dalam proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan (return on invested capital –ROIC) di dalam sebuah perusahaan yang dinyatakan sebagai berikut :
 

               NOPAT           LABA BERSIH BAGI                       PEMBAYARAN BUNGA
                                       PEMEGANG SAHAM BIASA     +  SETELAH PAJAK
ROIC =___________=_____________________________________________________

              MODAL                                                         MODAL
 
NOPAT = Laba operasi bersih setelah pajak dan modal  adalah jumlah dari utang dan ekuitas biasa perusahaan ( jika kita abaikan saham preferen ). Jika sebuah perusahaan tidak memiliki utang , maka pembayaran bunganya akan nol, modalnya akan sama dengan ekuitas dan nilai ROICnya akan sama dengan pengembalian atas ekuitasnya , ROE.

                                                          LABA BERSIH BAGI                                                                                     
                                                          PEMEGANG SAHAM BIASA    
ROIC (utang nol)= ROE =  ___________________________________________

                                                           EKUITAS BIASA

Jadi risiko bisnis perusahaan yang bebas pengungkitan (leverage free) dapat diukur oleh deviasi standar nilai ROEnya ,σROE
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko bisnis


 
  1. variabilitas permintaan. Semakin stabil permintaan akan produk sebuah perusahaan, jika hal-hal lain dianggap konstan , maka semakin rendah risiko bisnisnya.
  2. variabilitas harga jual. Perusahaan yang produk-produknya dijual di pasar yang sangat tidak stabil , maka semakin tinggi risiko bisnisnya dibandingkan perusahaan sama  yang harga produknya lebih stabil.
  3. variabilitas biaya input. Perusahaan yang biaya inputnya sangat tidak stabil akan memiliki risiko lebih tinggi
  4. Kemampuan menyesuaikan harga output untuk perubahan-perubahan pada biaya input. Semakin besar kemampuan melakukan penyesuaian harga output untuk mencerminkan kondisi biaya , semakin rendah tingkat risiko bisnisnya.
  5. Kemampuan untuk mengembangkan produk baru pada waktu yang tepat dan efektif dalam hal biaya. Perusahaan dibidang industri yang menggunakan teknologi tinggi seperti obat-obatan dan komputertergantung arus konstan produk baru
  6. Eksposur risiko asing. Perusahaan yang menghasilkan sebagian besar labanya dari operasi luar negeri dapat terkena penurunan laba akibat fluktuasi nilai tukar
  7. Komposisi biaya tetap: leverage operasi , Jika perusahaan mempunyai sebagian besar biayanya merupakan biaya tetap , maka semakin tinggi risiko bisnisnya.
Leverage operasi
Dalam terminologi bisnis tingkat leverage operasi tinggi , jika hal-hal lain dianggap konstan , berarti perubahan penjualan dalam jumlah yang relatif kecil akan dapat mengakibatkan perubahan besar dalam ROE

2. Risiko Keuangan 
   Adalah tambahan risiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk mendapatkan pendanaan melalui utang. Konsentrasi risiko ini terjadi karena para pemegang utang akan menerima pembayaran bunga secara tetap , samasekali tidak menanggung risiko bisnis. Jadi penggunaan utang atau leverage keuangan , mengkonsentrasikan risiko bisnis perusahaan pada para pemegang sahamnya.
Leverage keuangan adalah tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan.